Mengutip Engadget, Kamis (18/7/2024), studi ini juga akan mengkaji perbedaan positif dan negatif dari populasi besar di seluruh dunia dan penyebab ‘hubungan statistik antara Instagram dan kesehatan sosial atau emosional (kesehatan mental)’.
Data yang dapat diakses oleh peneliti kemungkinan mencakup pengikut pengguna Instagram dan akun yang mereka ikuti, pengaturan akun, dan jumlah waktu yang mereka habiskan di aplikasi ini.
Para peneliti tidak akan memiliki akses ke informasi demografis pengguna atau konten postingan dan komentar mereka.
Data tersebut akan berasal dari akun Instagram yang berbasis di 24 negara termasuk Amerika Serikat dan Inggris. Demikian menurut permintaan proposal (request for proposal/RFP) riset tersebut.
Studi ilmiah lain yang dilakukan oleh para peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) serta New York University dan Stanford menemukan hubungan paralel antara penggunaan media sosial dan kondisi kesehatan mental seseorang.
Kaitan ini menjadi perhatian lebih besar tahun lalu ketika Arturo Béjar, mantan direktur teknik Perlindungan dan Perawatan di Facebook, bersaksi di depan subkomite Kehakiman Senat bahwa ia memberi tahu perusahaan tersebut dan CEO-nya Mark Zuckerberg melalui email tentang bahaya produk mereka terhadap generasi muda.
Béjar bersaksi, 13 persen pengguna Instagram berusia 13-15 tahun menerima rayuan seksual yang tidak diinginkan.
Dia juga bersaksi bahwa putrinya yang berusia 16 tahun menunjukkan tanda-tanda penurunan kesehatan mental sesaat ketika seorang pengguna berkomentar bahwa dia harus “kembali ke dapur” di bawah salah satu postingannya.