Bahlil Lahadalia resmi menjadi ketua umum Partai Golkar periode 2024-2029 setelah musyawarah nasional (munas) partai itu secara aklamasi menyetujuinya. Terpilihnya Bahlil dapat memuluskan skenario politik agar Joko Widodo dapat menguasai partai beringin itu, kata pengamat.
Pada Rabu (21/08), dalam lanjutan munas di Jakarta, peserta menyatakan “setuju” saat pimpinan sidang munas, Adies Kadir, bertanya apakah mereka sepakat Bahlil ditetapkan sebagai ketua umum Partai Golkar.
Di hadapan peserta munas, Bahlil dalam pidatonya menegaskan kembali sikap partainya yang mendukung pemerintahan Presiden Terpilih Prabowo Subianto dan wakilnya Gibran Rakabuming Raka.
Dukungan peserta munas terhadap Bahlil untuk maju sebagai orang nomor satu partai pohon beringin sudah terlihat sejak awal. Dia adalah satu-satunya calon ketum yang lolos verifikasi.
Selasa (20/08) kemarin, peserta munas menyatakan “setuju” saat pimpinan pengarah munas, Adies Kadir, bertanya apakah acara itu sepakat Bahlil menjadi formatul tunggal.
Bahlil didukung nyaris 100% pemilik hak suara dalam munas itu. Mereka adalah pengurus pusat, daerah, hingga pimpinan berbagai organisasi onderbouw Golkar.
“Kita sudah tahu bahwa hanya satu nama yang lolos atau memenuhi syarat dari hasil verifikasi sebagai caketum, yaitu Bapak Bahlil Lahadalia,” ujar Plt Ketua Umum Agus Gumiwang Kartasasmita.
“Logis saja, nanti dalam Munas nanti kita akan segera memutuskan dan menetapkan Pak Bahlil sebagai ketua umum [Golkar] ke depan,” sambung Agus, Selasa (20/08).
Pakar politik dari BRIN Aisah Putri Budiarti mengatakan jalan mulus Bahlil menjadi orang nomor satu di partai beringin, bisa menjadi “pembuka jalan” Joko Widodo dan keluarganya untuk masuk menjadi pengurus.
“Sejauh ini, polanya sudah mengerucut ke arah sana. Bahlil menjadi calon tunggal, mulus sekali. Padahal faksi di Golkar ada banyak,” kata Aisah.
Jokowi sendiri dinilai punya urgensi untuk mencari jaket partai demi memastikan keberlanjutan program-programnya, sekaligus memastikan stabilitas kepemimpinan putranya sebagai wakil presiden nanti, demikian analisanya.
“Jokowi perlu jaket politik, bagaimana caranya bisa mempengaruhi kebijakan tanpa jaket politik di sistem multipartai ini?” kata Aisah.
Menurut dia, Golkar menjadi target karena merupakan salah satu partai berpengaruh di parlemen yang pemimpinnya selalu berganti. Partai ini tak bertumpu pada satu sosok seperti PDIP dan Gerindra.
Anggapan seperti ini sejak awal dibantah Jokowi.
“Tidak ada,” kata Jokowi saat memberikan keterangan pers di Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur, Selasa (13/08).
Pernyataan Jokowi ini muncul tidak lama setelah Airlangga Hartarto secara mendadak mundur dari kursi nomor satu Partai Golkar.
Walau dibantah, penilaian seperti itu terus bergulir. Di tengah gelaran Munas Golkar beredar surat yang isinya menyebutkan agar Jokowi bersedia menjadi ketua umum Golkar.
Ada sejumlah nama politisi Golkar yang diklaim menandatanganinya.
“Kalau saya tidak bisa menanggapi rumor,” ujar Agus Gumiwang, plt ketum Golkar di Jakarta, Selasa (20/08) saat ditanya wartawan tentang peredaran surat tersebut.
Meskipun mayoritas pengurus Golkar berada di belakang Bahlil, tak berarti langkah politiknya tanpa ada kritikan.
Suara-suara minoritas di partai beringin menyebut skenario politik di balik kenaikan Bahlil sebagai “tidak demokratis”.
Suara ini muncul dari mulut Ridwan Hisjam, politisi Golkar, yang gagal lolos verifikasi untuk maju sebagai ketum Golkar.
Politisi senior Golkar lainnya, Yasril Ananta Baharuddin juga terang-terangan menyatakan tidak setuju Bahlil menjadi ketua umum Golkar.
Salah satu alasannya, Bahlil dia sebut bisa saja menjadi bagian intervensi penguasa terhadap Partai Golkar. Yasril juga mempertanyakan rekam jejak Bahlil di partai ini.
Tuduhan seperti itu dibantah oleh Bahlil. Menurutnya, dinamika seperti itu murni proses di dalam internal partai beringin itu.
“Enggak ada [Jokowi cawe-cawe]. Apa cawe-cawe, ini proses internal saja,” katanya Bahlil kepada wartawan di Istana Negara Jakarta, Rabu (14/08).
Bakal menjadi ‘pembuka jalan’ bagi keluarga Jokowi di Golkar?
Peneliti politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Aisah Putri Budiarti mengatakan, apabila Bahlil sudah dipastikan menjadi ketua umum Golkar, maka itu bisa menjadi “pembuka jalan” Jokowi dan keluarganya untuk masuk menjadi pengurus.
“Sejauh ini, polanya sudah mengerucut ke arah sana. Bahlil menjadi calon tunggal, mulus sekali. Padahal faksi di Golkar ada banyak,” kata Aisah.
Jokowi sendiri dinilai punya urgensi untuk mencari jaket partai demi memastikan keberlanjutan program-programnya, sekaligus memastikan stabilitas kepemimpinan putranya sebagai wakil presiden nanti, ujarnya.
“Jokowi perlu jaket politik, bagaimana caranya bisa mempengaruhi kebijakan tanpa jaket politik di sistem multipartai ini?” kata Aisah.
Menurut dia, Golkar menjadi target karena merupakan salah satu partai berpengaruh di parlemen yang pemimpinnya selalu berganti. Partai ini tak bertumpu pada satu sosok seperti PDIP dan Gerindra.
Golkar memiliki banyak faksi yang dinamis di internalnya. Kondisi ini membuat partai itu tampaknya dinilai cocok dengan situasi saat ini.
Dan walaupun memiliki banyak faksi yang sangat mungkin berbeda pendapat, Aisah menggarisbawahi kecenderungan Partai Golkar lainnya: lekat dengan kekuasaan.
“Ini menjadi karakter lain yang mewarnai situasi Golkar saat ini. Faksi bisa banyak, tapi kecenderungan partainya sendiri mendukung kekuatan politik yang matang di luar partai,” jelas Aisah.
Namun terlepas kepentingan-kepentingan yang ada di balik Munas Golkar, Aisah mengatakan apa yang terjadi akan merusak kaderisasi di internal partai.
“Ini fenomena yang buruk, apalagi kalau perubahan AD/ART itu mengakomodasi kepentingan elite,” kata Aisah.
Pada akhirnya, kaderisasi dan suksesi kepemimpinan di Golkar yang selama ini dinilai cukup baik menunjukkan tanda-tanda kemunduran.
‘Ada kekuatan lain di balik sosok Bahlil’
Aisah Putri Budiarti lebih lanjut mengatakan langkah Bahlil menuju posisi ketua umum tergolong mulus walau tak punya rekam jejak sebagai pengurus pusat partai.
Padahal, Golkar dinilai sebagai partai politik dengan kaderisasi yang baik dan faksi-faksi yang dinamis.
Calon-calon kuat ketua umum Golkar pun, seperti Bambang Soesatyo dan Agus Gumiwang Kartasasmita, menyatakan tidak akan mencalonkan diri.
“Golkar menarik karena punya rutinitas pergantian ketua umum. Golkar cukup sering dan rutin menggelar pemilihan. Lalu tiba-tiba ini calon tunggal, dan yang dipilih kader yang tidak punya rekam jejak di dewan pimpinan pusat,”
“Ini menunjukkan bahwa ada kekuatan lain yang membuat Bahlil menjadi calon tunggal dan maju,” sambung Aisah.
Menurutnya, yang juga menarik disimak dari Munas Golkar adalah apakah Bahlil akan mengamini spekulasi bahwa dia adalah “jalan pembuka” bagi Jokowi untuk menjadi dewan pembina Partai Golkar.
Untuk mengakomodasi itu, pengurus Golkar perlu bersepakat untuk mengubah anggaran dasar/anggaran rumah tangga (AD/ART) mereka. Pasalnya, AD/ART Golkar mensyaratkan anggota dewan pembina telah mengabdi sekurang-kurangnya lima tahun.
Ketika ditanyai wartawan di sela-sela Munas pada Selasa (20/08), Ketua Steering Committee Rapimnas dan Munas Golkar, Adies Kadir membuka peluang Jokowi menjadi dewan pembina partai.
“Semua kemungkinan ada,”
Bagaimanapun, menurut peneliti BRIN Aisah Putri Budiarti, apa yang terjadi di Golkar belakangan ini bertentangan dengan karakteristik partai ini sejak era Reformasi.
Menurut Aisah, Golkar adalah salah satu partai yang suksesi kepemimpinannya “paling hidup” di era pasca-Reformasi.
Ketika sejumlah partai lain tak pernah berganti kepemimpinan dan bertumpu pada satu figur, pimpinan Partai Golkar selalu berganti.
“Golkar menarik karena punya rutinitas pergantian ketua umum. Golkar cukup sering dan rutin menggelar pemilihan. Lalu tiba-tiba ini calon tunggal, dan yang dipilih kader yang tidak punya rekam jejak di dewan pimpinan pusat,” kata Aisah.
“Ini menunjukkan bahwa ada kekuatan lain yang membuat Bahlil menjadi calon tunggal dan maju,” sambung Aisah.
Aisah menduga dinamika eksternal di perpolitikan Indonesia turut mempengaruhi Golkar. Dalam konteks itu, Bahlil memiliki pengaruh dan kekuatan politik dengan elite yang berkuasa.
“Banyak yang menyebut-nyebut Jokowi. Kalau melihat sejarah Bahlil yang karir politiknya sangat cepat, ini menjadi salah satu aspek yang berpengaruh,” tutur Aisah.
Perubahan dinamika di Golkar terlihat setidaknya sejak Airlangga Hartarto mundur sebagai ketua umum. Padahal satu hari sebelum mundur, Airlangga masih yakin bahwa Munas Golkar akan digelar pada Desember 2024.
Sebelumnya, Airlangga juga tak pernah menunjukkan kegoyahannya.
“Situasi-situasi itu menunjukkan bahwa ada kekuatan yang mempengaruhi mengapa Airlangga mundur. Jadi wajar ketika publik bertanya-tanya, siapa yang punya kekuatan itu?” tutur Aisah.
“Kekuatan itu bisa berbagai rupa, tapi spekulasi publik soal pengaruh Jokowi menjadi wajar dalam situasi itu. Jokowi punya kekuatan politik yang besar sebagai presiden, tokoh politik sentral, dan punya anak yang akan menjadi wakil presiden.”
“Tapi ada tanda-tanda lainnya. Jokowi tidak punya partai, kemana dia akan melanjutkan kehidupan politiknya pasca-turun?” kata Aisah.