POJOK BERITAKU

5 Manfaat Makan Jangkrik untuk Kesehatan, Gak Nyangka!

Spread the love

Makan serangga merupakan praktik umum yang sudah ada sejak zaman prasejarah. Jangkrik adalah salah satu serangga yang paling umum dikonsumsi. Mungkin tak banyak yang tahu kalau jangkrik kaya akan nutrisi, salah satunya protein.Beberapa olahan jangkrik, misalnya jangkrik goreng, bubuk protein, dan protein bar tersedia di beberapa wilayah dunia. Apa saja manfaat makan jangkrik buat kesehatan? Simak terus sampai habis, ya!1. Jangkrik kaya akan protein

Alasan utama beberapa orang memanfaatkan jangkrik sebagai sumber makanan adalah karena serangga ini tinggi nutrisi, terutama protein. Ulasan ilmiah dalam jurnal Frontiers in Nutrition tahun 2020 menemukan bahwa sebagian besar jangkrik yang dapat dimakan memiliki kandungan protein yang lebih tinggi daripada sumber protein hewani yang lebih umum, seperti kambing, ayam, dan babi.Disebutkan juga kalau tubuh tubuh dapat mencerna proporsi protein dari jangkrik yang sedikit lebih rendah daripada dari telur, susu, atau daging sapi. Namun, itu juga menunjukkan bahwa tubuh mencerna protein jangkrik lebih baik daripada sumber protein nabati yang populer, seperti beras dan jagung.Jangkrik memiliki eksoskeleton keras yang mengandung kitin, sejenis serat tidak larut yang sulit dicerna. Inilah sebabnya kecernaan protein jangkrik bervariasi. Ketika eksoskeleton dihilangkan, kecernaan protein dari jangkrik meningkat secara signifikan, menurut laporan dalam jurnal Food Science of Animal Resources tahun 2019.Dilansir Healthline, beberapa studi menunjukkan bahwa bubuk protein jangkrik mengandung sekitar 65,5 persen protein dan jangkrik dewasa mengandung 13,2–20,3 gram protein per 100 gram porsi.Menariknya, beberapa spesies jangkrik merupakan sumber protein lengkap, yang artinya mengandung sembilan asam amino esensial dalam proporsi ideal. Spesies lainnya adalah sumber protein yang tidak lengkap karena kadar asam amino yang rendah seperti triptofan dan lisin.

  1. Sumber vitamin, meneral, dan serat yang baikJangkrik juga mengandung nutrisi lainnya termasuk lemak, kalsium, kalium, zink, magnesium, tembaga, folat, biotin, asam pantotenat, dan zat besi.Studi dalam jurnal European Journal of Clinical Nutrition tahun 2016 menemukan bahwa kandungan zat besi jangkrik 180 persen lebih tinggi daripada daging sapi. Selain itu, kandungan kalsium dan vitamin B2 (riboflavin) juga lebih tinggi dibanding produk daging lain seperti ayam, babi, dan sapi.Tak berhenti sampai di situ, jangkrik juga tinggi serat, nutrisi yang tidak dimiliki oleh sumber protein hewani lainnya. Studi dalam jurnal Frontiers in Nutrition tahun 2020 menunjukkan bahwa kandungan serat dalam jangkrik bisa mencapai 13,4 persen dalam porsi 100 gram.Jangkrik juga menyediakan lemak, sebagian besar dalam bentuk asam lemak tak jenuh ganda. Penelitian telah mengaitkan ini dengan manfaat kesehatan, termasuk perbaikan pada faktor risiko penyakit jantung.
  2. Bermanfaat untuk kesehatan usus

Dilansir WebMD, makan jangkrik dapat membantu meningkatkan bakteri alami di usus (mikrobioma) dan mengurangi peradangan dalam tubuh. Dalam sebuah uji coba berskala kecil, tim peneliti memberikan 20 sukarelawan diet serangga untuk sarapan selama dua minggu. Mereka diberikan bentuk jangkrik yang lebih bisa ditoleransi, yaitu dalam bentuk bubuk, yang kemudian dijadikan menjadi muffin atau shake, selama dua minggu.Studi yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports tahun 2018 tersebut, Bifidobacterium animalis, strain bakteri usus yang menguntungkan, meningkat sebesar 5,7 kali.Pada waktu yang bersamaan, tumor necrosis factor alpha (TNF-α), yang dikaitkan dengan kondisi peradangan usus, ditemukan berkurang pada orang yang mengonsumsi bubuk jangkrik dibandingkan dengan orang yang mengonsumsi makanan kontrol.Temuan ini mengindikasikan bahwa makan jangkrik dapat mendatangkan manfaat pada kesehatan usus. Namun, studi tersebut terbatas dan masih dibutuhkan studi lebih lanjut untuk memahami bagaimana makan jangkrik dapat memengaruhi kesehatan usus.

  1. Ramah lingkungan

Mengutip HuffPost, industri peternakan adalah salah satu penyumbang terbesar pemanasan global. Menurut Water Foot Print, sapi menggunakan 15.400 liter air untuk satu kilogram daging sapi. Itu diperkirakan merupakan sebagian besar dari air yang dibutuhkan untuk menanam tanaman untuk sapi.Pertanian saat ini ini menyumbang 38,6 persen dari lahan yang dimodifikasi manusia. Itu tidak berkelanjutan karena populasi manusia terus tumbuh.Jangkrik dan serangga lainnya merupakan alternatif protein hewani dan bisa menjadi cara berkelanjutan untuk mengurangi efek pemanasan global. Serangga memiliki jejak ekologis yang kecil karena mereka mengeluarkan lebih sedikit gas rumah kaca, membutuhkan sedikit air, dan lebih sedikit pakan per pon daripada protein hewani lainnya.

  1. Jangkrik dapat membantu memberi makan pada populasi yang terus bertambah

Populasi dunia diperkirakan mencapai 9 miliar pada tahun 2050. Jangkrik dapat menambahkan sumber nutrisi yang murah dan efisien untuk pola makan yang mungkin kekurangan protein dan zat besi, sehingga membantu mengatasi kekurangan protein di negara-negara berkembang. Kandungan zat besinya yang tinggi dapat membantu mengurangi salah satu penyakit gizi paling umum di dunia, yaitu anemia defisiensi besi.Bukan hanya sumber nutrisi, jangkrik juga bisa memberikan mata pencaharian bagi sekelompok penduduk di negara-negara berkembang. Peternakan serangga bisa berskala kecil, sangat produktif, dan relatif murah.Adakah risiko makan jangkrik buat kesehatan?Meskipun jangkrik menawarkan sejumlah potensi manfaat kesehatan, tetapi banyak orang, khususnya di negara-negara Barat, tetap skeptis terhadap produk makanan berbasis jangkrik karena masalah keamanan. Padahal serangga telah aman digunakan sebagai makanan selama ribuan tahun dan umum dikonsumsi di banyak bagian dunia.Penelitian terbatas menunjukkan bahwa konsumsi produk jangkrik, seperti bubuk protein jangkrik, aman dan tidak menimbulkan efek kesehatan yang merugikan pada orang sehat. Akan tetapi, mengonsumsi serangga mungkin disertai beberapa masalah keamanan lainnya.Sebagai contoh, penelitian dalam jurnal Molecular Nutrition & Food Research tahun 2018 menunjukkan bahwa orang yang alergi terhadap kerang atau tungau debu juga bisa mengalami reaksi alergi saat makan serangga. Namun, terdapat kekurangan penelitian dalam bidang ini dan para ilmuwan perlu melakukan lebih banyak penelitian untuk sepenuhnya memahami potensi reaksi alergi yang terkait dengan memakan serangga.Beberapa peneliti mengingatkan bahwa serangga seperti jangkrik dapat bertindak sebagai pembawa patogen yang dapat menginfeksi manusia dan hewan. Studi tahun 2019 menganalisis sampel serangga dari 300 peternakan serangga rumah tangga dan toko hewan peliharaan di Eropa Tengah, termasuk 75 peternakan jangkrik.Studi tersebut menemukan parasit pada lebih dari 81 persen peternakan serangga. Dalam 30 persen dari kasus tersebut, para peneliti menemukan parasit yang berpotensi menyebabkan penyakit pada manusia.Hal tersebut tidak berarti makan serangga berbahaya. Ini hanya menunjukkan bahwa, seperti ternak, makan serangga berpotensi menyebabkan sakit. Oleh karena itu, peternakan serangga harus menerapkan pedoman keamanan yang ketat jika mereka memproduksi jangkrik untuk makanan.Secara keseluruhan, perlu studi yang lebih banyak untuk lebih memahami potensi risiko memakan serangga seperti jangkrik.Jangkrik sangat bergizi dan terjangkau ini membuatnya banyak dikonsumsi di beberapa wilayah di dunia. Jangkrik adalah sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang baik dan dapat bermanfaat bagi kesehatan.Namun, makan serangga dapat menimbulkan risiko kesehatan potensial, seperti reaksi alergi dan kontaminasi patogen. Karenanya, belilah produk dari sumber tepercaya.

Exit mobile version