Dedie Rachim menceritakan pengalamannya di masa lalu ketika mengikuti pendidikan menjadi anggota Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Memori lamanya ini dia ceritakan setelah kembali berkumpul bersama teman-teman seangkatannya di KPK saat peluncuran bukunya, “Dari KPK ke Balai Kota” di Cafe Kopi Nako, Puncak Bogor, Jumat (29/11/2024).
Acara ini juga terpantau ramai diikuti teman-teman sekolah Dedie Rachim, para pejabat lainnya, para relawan pendukungnya di Pilwalkot Bogor 2024 dan para tamu undangan lainnya.
Dedie menceritakan bahwa dulu sebelum bertugas di KPK, dia menjalani pendidikan di Secapa Polri Sukabumi, yang merupakan tempat pendidikan Polisi yang sudah ada sejak zaman Belanda.
Dedie mengaku bahwa saat itu dia menjadi salah satu dari 110 orang yang lolos menjadi anggota KPK dari 22 ribu orang pendaftar.
“Ini orang-orangnya, Pak Geri, Pak Doni, Pak Heri, empat orang ini generasi awal KPK dan Kang Doni ini teman sekamar saya di Secapa,” kata Dedie Rachim memperkenalkan teman-teman seangkatannya di KPK dulu tersebut.
Dedie pun teringat kejadian mistis saat menjalani pendidikan dulu.
“Ada satu cerita magis di situ ya, waktu saya pendidikan di Secapa Polri di Sukabumi,” kata Dedie.
Dia menceritakan ketika dia sekamar di kamar barak dengan rekannya, Doni, di suatu malam Dedie ingin buang air kecil ke toilet sekitar waktu dini hari.
Saat itu Dedie mencoba membangunkan Doni agar bisa di antar ke toilet karena letak toilet yang agak jauh di ujung deretan kamar serta situasi sangat sepi.
“Saya ke Mas Doni, mas temenin pipis mas. Saya ngantuk mas, sendiri aja. Aduh, saya cari-cari botol gak mungkin muat kan,” kata Dedie direspon tawa para tamu yang hadir.
Akhirnya setelah menahan buang air kecil sekitar 30 menit, Dedie mendengar dua orang berjalan di luar kamarnya.
Ternyata dari yang dia lihat, dua orang tersebut merupakan perwira Provost yang juga mengarah ke toilet.
“Akhirnya setelah menahan pipis, setelah setengah jam kurang lebih, ada dua perwira Provost berbaju seragam jam 02.00 WIB pagi jalan di luar, jadi saya ikut keluar, wah ada orang nih,” kata Dedie.
Setelah dia keluar, Dedie tidak merasa ada yang aneh dengan dua perwira tersebut.
Bahkan setelah Dedie mencoba menyapa mereka dengan sopan.
“Saya keluar, saya sapa mereka berdua, malam pak. Mereka mengobrol berdua tidak menghiraukan saya. Sampai saya ke toilet, sampai saya pipis, bayangkan kan mereka pakai seragam. Saya pipis buka seleting kan perlu waktu, mereka udah beres,” ujarnya
“Jadi begitu saya lagi pipis, mereka udah selesai. Waduh saya ditinggal sendiri. Tapi ya udahlah yang penting udah ada yang nganter. Saya balik lagi orangnya udah gak ada,” sambung Dedie.
Kata Dedie, saat kembali ke kamar dia sampai berlari dan kembali membangunkan Doni, teman sekamarnya tersebut.
Dedie memberitahukan bahwa untung saja dia bisa ke kamar mandi diantar dua orang perwira provost.
“Tapi besoknya saya tanya ke yang jaga, alhamdulillah semalam saya mau pipis ada dua orang provost. Gak ada provost di sini katanya,” ujar Dedie direspon tawa para tamu.
Kata Dedie, sejak saat itu Doni temannya juga gak berani kencing sendirian malam-malam.
Cerita ini, kata Dedie, tidak dimasukan dalam bukunya yang diluncurkan tersebut.
Namun ini mengingatkan banyak alumni KPK yang saat ini ditunjuk oleh beberapa perusahan negara dan instansi.
“Kami semua alumni KPK berterimakasih, ada yang diadopsi di PT Pupuk Indonesia, ada yang diadopsi di Mabes Polri, ada yang di PTPN Holding dan sebagainya. Kami semuanya ingin bersama-sama membangun Indonesia dari sudut manapun,” ungkap Dedie Rachim.