Ibu kantin galak dan anaknya bahkan memarahi guru saat membanting dagangan siswi SMP.
Sominah (70) ternyata berani melakukan perbuatan itu karena kakaknya adalah pemilik sekolah tersebut.
Ibu kantin galak itu viral di media sosial setelah membuang dagangan siswi MTs Nurul Huda di Desa Kalibuntu, Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
Ia tidak terima ada siswi yang berjualan di lingkungan sekolah.
Padahal siswi itu berjualan dalam rangka praktik kewirausahaan sesuai dengan kurikulum merdeka Proyek Profil Pelajar Pancasila Rahmatan Lil Alamin (P5RA).
Namun Sominah yang melihat itu langsung memarahi siswi tersebut dan membuang dagangannya.
“Waktu saya datang, belum sempat ngomong, si ibu kantin itu datang langsung ngomel-ngomel sambil numpahin dagangan,” kata sang guru, Kholifah, sambil menangis.
Saat itu Kholifah mengaku tak berani melawan karena ada anak ibu kantin di sekitar sana.
“Itu laki-laki berdiri di jarak 10 meter dengan saya,” katanya lagi.
Kepala MTs Nurul Huda, Basuni mengatakan, kegiatan P5RA ini sudah berjalan sekitar 10 hari sebelum kejadian.
Ibu kantin galak itu akhirnya tahu ada kegiatan tersebut dan tak terima.
“Setelah 10 hari berjalan, rupanya ibu kantin ini tahu dan tidak terima,” kata Basuni.
Basuni kemudian melakukan mediasi antara guru, siswi, dan ibu kantin.
Tak hanya itu, Sominah juga bahkan memarahi ibu guru yang mengajar mata pelajaran itu.
“Ketika ada pembina OSIS yang bawa makanan, langsung dirampas dan dibuang,” kata Basuni.
Menurut Basuni, pihak orang tua siswi keberatan atas kejadian itu.
Orang tua tak terima putrinya diperlakukan seperti itu.
“Orang tua siswa menganggap keberatan dengan kejadian itu, dan berharap pihak sekolah untuk bisa menegur atau memberi nasehat kepada pengelola kantin tersebut,” tutur Basuni.
Akhirnya pihak sekolah pun melakukan mediasi antara guru, siswa, dan pengelola kantin.
“Hari ini kita sudah laksanakan mediasi dari pukul 10.00 WIB dengan pengelola kantin,” kata Basuni dikutip dari TV One, Jumat (20/12/2024).
Ia menjelaskan, isi dari mediasi tersebut ada pernyataan dari pihak pengelola kantin bahwa ia mengakui telah melakukan tindakan tersebut.
Bahkan ia berjanji tak akan mengulanginya lagi.
“Ada pernyataan bahwa tidak akan mengulangi lagi apa yang mereka lakukan,” kata dia.
Basuni juga mengatakan kalau hasil mediasi itu kedua belah pihak sepakat untuk saling memaafkan.
“Dari hasil mediasi tadi sudah ada saling maaf memaafkan, baik dari guru dan kantinnya,” ujarnya.
Namun menurut dia, pihak pengelola kantin tidak memberikan ganti rugi kepada siswi soal dagangannya yang dibuang.
“Untuk ganti rugi, karena kami tidak menuntut ganti rugi, jadi kami anggap selesai saja,” tandasnya.
Basuni pun berharap kejadian itu tidak terjadi lagi di lingkungan sekolahnya.
“Untuk pengelola kantin semoga bisa berubah, jangan bersikap seperti itu lagi. Sekarang memang kami sebagai pengelola sekolah dituntut untuk bisa melindungi anak dari bullying. Mari ciptakan lingkungan madrasah ini yang nyaman, damai, penuh dengan keakraban dan kegembiraan,” pungkas dia.
Basuni juga mengungkap kalau pengelola kantin ternyata masih ada hubungan saudara dengan pemilik sekolah.
“Ibu kantin ini sebagai adik pemilik yayasan,” tandasnya.