Jakarta – Fernando Lawrence masuk jurusan Ilmu Komputer di Universitas Indonesia (UI) lewat jalur ujian tulis berbasis komputer seleksi nasional berbasis tes (UTBK-SNBT) tahun 2024. Ia meraih skor 1.000 untuk tes penalaran matematika. Laki-laki berusia 18 tahun itu mengaku tertarik pada ilmu menghitung isejak kecil.
Pengalamannya mengikuti lomba matematika dimulai saat duduk di bangku kelas empat sekolah dasar (SD). Ia pernah mendapatkan medali perunggu dalam ajang Olimpiade Sains Nasional (OSN) SD tingkat nasional di bidang Matematika tahun 2017. Di tahun yang sama, ia meraih medali perak dalam ajang Asian Science and Mathematics Olympiad for Primary Schools (ASMOPS) yang diselenggarakan di Thailand.
Menginjak SMA, Fernando mulai menyukai ilmu di bidang informatika dan komputer. Ia pernah meraih medali emas American Mathematics Olympiad tahun 2021. Meski meraih berbagai medali, Fernando tak menampik, ada rasa khawatir jika gagal dalam UTBK-SNBT tahun ini.
“SNBT sudah dikenal akan tingkat kesusahannya yang tinggi, tetapi saya sering kali mencoba untuk tidak memikirkan hal tersebut, karena yang merasakan kesusahan itu tidak hanya saya tetapi semua orang yang mengikuti tes tersebut,” kata dia saat dihubungi Tempo, Ahad, 23 Juni 2024.
Di awal-awal try out yang diadakan oleh sekolahnya, Fernando mendapat nilai yang bagus. Namun, di try out selanjutnya nilainya sering sama atau bahkan turun. Alih-alih terus memikirkannya, Fernando mengusahakan dirinya untuk belajar lebih giat dan mengubah cara belajarnya.
“Saya yang biasanya di kelas hanya mendengarkan penjelasan guru saja, menjadi lebih sering bertanya, karena di saat saya bertanya, apa yang sedang diajarkan bisa lebih mudah dimengerti,” ucapnya.
Siswa SMA Pradita Dirgantara Boyolali, Jawa Tengah itu bahkan ditunjuk gurunya untuk mengajari teman sebayanya atau peer teaching jelang pelaksanaan UTBK SNBT 2024. Saat kegiatan sekolah dan asrama sudah selesai, ia memutuskan untuk belajar mandiri. “Biasanya mulai dari jam 19.00-21.00 tergantung situasi,” kata Fernando.
Sebetulnya, kata dia, kedua orang tuanya tidak pernah memaksakan dirinya untuk belajar di jam-jam tertentu. Ayahnya yang merupakan seorang karyawan swasta dan ibunya yang merupakan ibu rumah tangga justru khawatir apabila Fernando jatuh sakit.
Fernando sendiri bercerita tak pernah menargetkan diri untuk mendapatkan skor 1.000 pada tes penalaran matematika. Ia hanya bermimpi agar lulus dan diterima di jurusan ilmu komputer yang ia impikan. Alasannya sederhana, karena dia menyukai matematika.
“Di masa kuliah nanti, saya ingin mempelajari banyak hal di bidang komputer terutama di coding. Saya ingin bisa membuat aplikasi yang bisa bermanfaat bagi banyak orang,” ujarnya.
Pada skor tes Kemampuan Penalaran Umum, Fernando memperoleh nilai 687.87, kemampuan kuantitatif: 923.67, pengetahuan dan pemahaman umum: 638.57, kemampuan memahami bacaan dan menulis: 590.41, literasi bahasa Indonesia: 649.93, dan literasi bahasa Inggris: 704.82.