Blitar – Di Blitar, ada tradisi Manten Kopi, dimana kopi jantan akan disatukan dengan kopi betina demi hasil panen yang melimpah ruah. Seperti apa prosesinya?
Manten kopi menjadi salah satu tradisi bagi perkebunan Kawisari di Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar untuk mengawali musim petik kopi. Tradisi ini bertujuan sebagai rasa syukur atas hasil panen yang melimpah.
Tradisi manten kopi dimulai dengan menyiapkan sesaji lengkap dan dupa yang telah dinyalakan. Sesaji diletakkan di sela pohon kopi yang paling lebat di perkebunan tersebut.
Setelahnya, kopi yang telah dipetik akan dibawa dengan iring-iringan kembar mayang. Kembar mayang itulah yang menjadi simbol tradisi manten.
Manten kopi dengan kembar mayang dibawa menuju gerbang/pintu masuk perkebunan Kawisari. Saat itulah, kembar mayang ditukarkan.
Pemimpin/sesepuh akan membacakan doa pada manten kopi dan berharap diberikan panen yang melimpah. Di akhir prosesi, dilaksanakan pula kenduri dengan tujuan sebagai rasa syukur dan berbagi keberkahan.
Agus mengatakan tradisi manten kopi itu menyatukan antara kopi lanang ‘Jokogondel’ dan kopi wadon ‘Srigondel’. Tujuannya agar saling menguatkan dan diharapkan dapat menghasilkan panen yang melimpah.
“Setelah itu dibawa ke pabrik, bersama dengan kembar mayang. Ini sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Eda karena telah diberikan panen yang melimpah dan membawa berkah kepada banyak orang,” terangnya.
Kenduri atau selamatan juga digelar di area pabrik. Sejumlah tokoh masyarakat, pihak pabrik hingga pekerja pabrik turut mengikuti acara selamatan itu.
“Ini juga sebagai rasa ucapan syukur atas panen dengan berbagi keberkahan dengan masyarakat sekitar. Sehingga panen nanti juga membawa berkah,” kata Agus.