Abdul Kadir Karding: Saya Jadi Menteri dari Jalur Profesional, Bukan Di-endorse PKB
Tak hanya sibuk dengan perkuliahan, Karding juga dikenal aktif berorganisasi, di antaranya sebagai Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Peternakan Undip (1994-1995), Ketua III Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi Undip (1994-1995), dan Ketua I Koorcab Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jawa Tengah (1995-1996).
Setelah mendapat gelar sarjana, Karding mulai melirik dunia politik. Kecakapannya dalam berorganisasi mengantarkan Karding menapaki posisi sebagai Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jawa Tengah (1998-2001).
Pada 1999 hingga 2001, saat itu dia masih berusia 26 tahun, Karding diberikan amanah sebagai Ketua Komisi E DPRD Provinsi Jawa Tengah dan berlanjut menjadi Ketua Fraksi PKB DPRD Provinsi Jawa Tengah pada 2001-2003 untuk kemudian menjadi Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa Tengah (2003-2009).
Kariernya kian cemerlang dengan menjabat beberapa posisi strategis, seperti Ketua Komisi VIII DPR RI tahun 2009-2012, Ketua Fraksi MPR RI tahun 2014-2017, dan jabatan terakhir sebagai anggota Komisi VII DPR RI (2019-2024).
Tidak hanya di legislatif, karier Karding di partai politik juga tak kalah moncer. Setelah menjabat Wakil Ketua DPW PKB Jawa Tengah (2001-2005) dan Ketua DPW PKB Jawa Tengah (2005-2006) Karding dipercaya menjadi Sekretaris Jenderal DPP PKB (2014–2019).
Kini, dengan jabatan yang baru di Kabinet Merah Putih, bisa dipastikan kesibukan Karding akan bertambah. Apalagi dia dikabarkan diminta Prabowo untuk fokus memperkuat pelindungan bagi pekerja migran Indonesia yang berada di luar negeri. Ia juga diminta dapat menciptakan lapangan pekerjaan di luar negeri bagi warga negara Indonesia.
Jadi awalnya itu desas-desus. Tapi namanya politik itu kita enggak percaya desas-desus, karena sebelumnya saya juga pernah didesuskan jadi menteri tahun 2019. Tapi enggak jadi juga. Jadi saya enggak percaya gitu.
Nah, saya mulai yakin ketika jam 12 siang karena baru bangun, baru dari Semarang, capek gitu habis ikut Undip Run, saya kebetulan Ketua Umum Alumni ya datang ke sana. Terus tiba-tiba yang nelpon Mas Teddy, Mas Teddy Seskab sekarang.
Abang di mana? Di Jakarta. Abang jam 2 ya siap-siap ke sekitar SCBD, pakai batik cokelat celana hitam. Oke, untung kita dekat Jakarta kan. Saya langsung ke SCBD, setengah 3 ke tempat transit di Kertanegara. Di situ dipanggil ketemu Pak Prabowo. Ketemu Pak Prabowo, itu sudah mulai yakin bahwa kayaknya sih jadi menteri nih
Begini, kita ketemu Pak Prabowo enggak lama. Masing-masing menteri dipanggil kan, saya termasuk yang kelompok awal dipanggil ketemu. Mas Karding terima kasih berkenan untuk membantu saya nanti di kabinet. Oh, saya semakin yakin.
Lalu yang kedua, Mas nanti tolong ya pekerja migran kita jangan sampai ada yang istilahnya tereksploitasi, jangan sampai mendapatkan perlakuan tidak adil, jangan sampai ada TPPO, itu pesan pertama.
Pesan kedua, kalau bisa devisa dari pekerja migran ini ditambah remitansinya. Karena kan sekarang itu remittance untuk pekerja migran kita tahun 2023 kemarin Rp 227 triliun, nomor dua terbesar setelah migas. Jadi cukup besar sebenarnya, jadi sisi positifnya di situ.
Jadi, oke dari dua itu, itulah yang saya kemudian rumuskan menjadi program strategis dan aksi saya hari ini.
Iya, jadi saya ini mungkin kategorinya profesional ya, jadi harusnya kalau di-endorse partai politik saya di-endorse oleh PKB. Tapi saya karena memang sejak tahun kemarin sudah tidak jadi pengurus walaupun sebelumnya saya jadi sekjen partai dan ya enggak mungkin juga di-endorse oleh partai oleh Cak Imin, enggak mungkin.
Jadi saya menganggap diri saya ini profesional, kategori profesional. Walaupun secara pribadi saya tetap kader tulen PKB. Jadi saya ini di PKB sejak awal, termasuk ikut-ikut pada pembentukan awal, saya ikut-ikut. Sampai sekarang saya masih PKB.