5 Fakta Amangkurat I, Penguasa Keji yang Bantai Ribuan Ulama
Amangkurat I merupakan sultan ke empat dari Kesultanan Mataram Islam. Sesuai dengan namanya, pemilik nama asli Raden Mas Sayidin ini adalah ayah dari Amangkurat II atau sultan setelahnya. Menilik sejarah kepemimpinan Mataram Islam, Amangkurat I merupakan sultan terlama yang berhasil memimpin selama 32 tahun. Selama pemerintahannya berlangsung, ia telah meninggalkan sederet fakta yang menarik untuk diketahui.
Berikut lima fakta dari Raden Mas Sayidin atau Amangkurat I: 1. Membunuh Ribuan Para Ulama Insiden paling terkenal dari Mataram Islam yaitu pembunuhan massal yang dilakukan pada masa pemerintahan Amangkurat I. Diketahui dirinya memerintahkan sejumlah pasukannya untuk membunuh tidak kurang dari 6.000 ulama. Peristiwa tersebut terjadi setelah ayahnya yakni Sultan Agung wafat. Amangkurat I memiliki rasa cemas akan kehilangan kekuasaan yang terus menghantuinya. Tidak hanya sang ulama, keluarganya pun masuk dalam target pembunuhan sadis itu. 2. Sultan yang Terkenal Kejam Selama kepemimpinan Amangkurat I berlangsung, rasa was-was, cemas dan takut selalu menghantui rakyatnya. Bahkan dari kalangan pembesar istanah pun turut serta merasakannya. Dalam Serat Jaya Baya, kekejaman Amangkurat I dilukiskan sebagai Kalpa sru semune kenaka putung (masa kelaliman yang dimetaforakan dengan kuku yang putus). “Masa lalim” artinya kekejaman pemerintahan raja, dan “kuku yang putus‘ maksudnya banyaknya panglima yang dibunuh.
- Aksi Kejamnya dibantu Oleh Pembesar Keraton Setiap menemukan siasat pembunuhan seseorang, Amangkurat I selalu dibantu oleh sejumlah para pembesar istanah. Beberapa diantaranya seperti Pangeran Aria, Tumenggung Nataairnawa, Tumenggung Suranata, dan Ngabehi Wiranata. Misalnya seperti pada saat pembunuhan ribuan ulama, keempat anak buahnya itu diperintah oleh Amangkurat I untuk disebar ke empat penjuru mata angin. Biasanya pembunuhan dimulai jika ada letusan meriam dari istanah. 4. Kemunduran Mataram Islam dimulai Sejak dipimpin Amangkurat I Pada era pemerintahan Amangkurat I sangat berbanding terbalik dengan kejayaan Mataram selama dipimpin Sultan Agung. Baru berjalan selama dua tahun, gejolak di kerajaan muncul dan diperbaiki oleh Amangkurat I menggunakan pendekatan kekerasan dan brutal. 5. Berkolaborasi dengan VOC Pada awal kepemimpinannya, Amangkurat I mengambil langkah yang jauh berbeda dengan sang ayah. Ia memilih untuk berdamai dengan pihak kolonial yang sejak lama menjadi musuh Sultan Agung. Perjanjian perdamaian keduanya terjadi pada tanggal 24 September 1646.