Jejak Digital Ole Gunnar Solskjaer di Manchester United, Alat Penampar Bualan Erik Ten Hag

Spread the love

Jejak digital berupa statement pedas Ole Gunnar Solskjaer layak bisa dijadikan sebagai alat penampar bualan Erik Ten Hag di Manchester United.

Sebelumnya, Erik Ten Hag selaku pelatih Manchester United memberikan pernyataan menarik ke para awak media.

Pernyataan menarik Erik Ten Hag itersebut dikatakan tepat sebelum laga Manchester United vs Liverpool, akhir pekan lalu.

Pelatih berdarah Belanda itu menyebut perkembangan Manchester United sebagai tim telah berkembang pesat di tangannya.

Keberhasilan Manchester United meraih trofi dalam dua musim pertamanya jadi bukti pendukung perkataan Ten Hag.

Meskipun hanya berbuah gelar Piala Carabao dan Piala FA, Ten Hag merasa dua trofi tersebut jadi bukti perkembangan timnya.

“Manchester United tidak hanya berprogress tapi juga mampu memenangkan trofi,” kata Ten Hag dilansir Manchester Evening News.

“Bagaimana sebuah tim bermain itu sangatlah subyektif, jadi hanya ada satu hal terpenting dalam sepak bola,”

“Yakni apakah anda bisa memenangkan trofi atau tidak pada akhir musim tersebut,” sindir Ten Hag.

Apa yang dikatakan Ten Hag seakan menjadi pembelaan dirinya atas kinerjanya sebagai pelatih Manchester United.

Sejak kedatangannya pada musim 2022/2023, berbagai nada kritikan memang tak henti-hentinya mengarah kepada Ten Hag.

Pada waktu bersamaan, Ten Hag kerapkali bisa mengubah kritikan itu menjadi motivasinya untuk berprestasi.

Hal itu dibuktikan dengan prestasi yang dipersembahkan Ten Hag kepada Manchester United pada dua musim pertamanya.

Gelar juara Piala FA dan Piala Carabao menjadi dua prestasi membanggakan yang diberikan Ten Hag kepada Setan Merah.

Hanya saja, dua gelar juara itu nyatanya tak bisa menafikkan bahwa performa Manchester United belum konsisten.

Hal itu dibuktikan dengan rapor merah Manchester United di klasemen akhir Liga Inggris dalam dua musim terakhir.

Pada musim pertamanya, meskipun bisa membawa Manchester United meraih gelar juara Piala Carabao di akhir musim.

Nyatanya, penampilan Manchester United masih jauh dari konsisten, hal itu dibuktikan dengan performa Setan Merah di kompetisi lain.

Di Liga InggrisManchester United cukup beruntung bisa menyelesaikan musim di posisi ketiga alias zona Liga Champions.

Hanya saja catatan tajam tertuju pada jumlah kekalahan dan gol yang diciptakan Manchester United musim tersebut.

Meski menyelesaikan musim di posisi ketiga, Manchester United kalah sembilan kali dan hanya mencetak 58 gol.

Bandingkan dengan Newcastle United yang berada di posisi keempat yang cuma kalah lima kali dan mencetak 68 gol.

Situasi lebih mencekam pada musim penuh kedua Ten Hag di Manchester United, sekalipun memenangkan gelar Piala FA.

Di Liga Inggris, untuk pertama kalinya bagi Manchester United terlempar sampai urutan kedelapan era Premier League.

Lalu di Liga Champions, Manchester United jadi bulan-bulanan sebagai juru kunci, sedangkan di Piala FA, sebagai juara bertahan, Setan Merah tersingkir di babak ketiga.

Berkaca dari kondisi tersebut, dua musim pertama Erik Ten Hag nyatanya tak konsisten, meski berakhir dengan dua trofi juara.

Pada musim ini saja tepat musim penuh ketiga Ten Hag di Old Trafford, Manchester United sudah kalah dua kali di tiga laga awal.

Kekalahan dari Brighton dan Liverpool seakan membuat posisi Manchester United terjun bebas ke posisi 14 klasemen.

Jika tidak berbenah, bukan hal mustahil jika peringkat yang ditempati Manchester United kian terpelosok.

Pembelaan yang disampaikan Ten Hag yang menganggap Manchester United sangat berkembang di tangannya.

Lantaran mampu memenangkan dua gelar juara berupa Piala Carabao dan Piala FA seakan kontradiksi dengan yang disampaikan pendahulunya.

Ialah Ole Gunnar Solskjaer yang pernah memberikan pernyataan menarik soal menilai perkembangan sebuah tim.

Solskjaer yang pernah merasakan kursi panas pelatih Manchester United pernah mengatakan perkembangan klub tidak bisa semata dinilai dari gelar juara saja.

Apalagi gelar juara tersebut hanya diraih di ajang sekelas Piala Liga Inggris ataupun Piala FA yang merupakan trofi domesti.

Solskjaer lebih percaya bahwa perkembangan sebuah tim seharusnya dinilai dari posisi klasemen di liga utama.

“Sebuah posisi klasemen bisa menjadi patokan untuk melihat apakah ada kemajuan dari saya saat melatih sebuah klub setiap musimnya,” kata Solskjaer dalam sesi konferensi tahun 2021 lalu, dikutip Mirror.

“Kompetisi piala apa pun bisa menghasilkan trofi, tetapi terkadang itu cenderung merupakan ego dari manajer dan klub,” kata Solskjaer.

“Kami perlu berkembang. Jika kami berkembang dan tampil cukup baik, trofi akan kembali datang ke klub.”

“Terkadang piala [selain Premier League] bisa menyembunyikan fakta bahwa tim Anda masih sedikit kesulitan.”

Jejak digital pernyataan dari Solskjaer tersebut seakan bisa menjadi alat penampar bualan Erik Ten Hag.

Bahwa gelar juara terutama Piala FA ataupun Piala Carabao nyatanya tak bisa memberikan jaminan perkembangan tim.

Hal ini karena Solskjaer berpendapatan perkembangan tim salah satunya bisa dinilai dari posisi di akhir klasemen liga utama.

Dikatakan demikian, karena posisi klasemen akhir liga merupakan puncak dari konsistensi performa sepanjang musim.