Peringatan Arkeolog: Serangan Israel Mengancam Harta Karun Romawi di Lebanon

Spread the love

“Baalbek adalah situs utama Romawi di Lebanon. Anda tidak dapat menggantinya jika seseorang mengebomnya,” kata Graham Philip, seorang profesor arkeologi di Universitas Durham, seperti dilansir BBC, Minggu (10/11).

“Itu akan menjadi kerugian besar. Itu akan menjadi kejahatan.”

Sejak akhir September, Israel telah menggempur Lebanon dengan serangan udara dalam eskalasi kampanyenya melawan Hizbullah, kelompok yang didukung Iran yang telah dilawannya dalam hampir satu tahun serangan lintas batas.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) sebagian besar telah menargetkan Lebanon selatan, pinggiran kota di ibu kota Beirut, dan Lembah Bekaa di timur. Namun, dalam dua pekan terakhir, operasi telah berpindah ke area baru atau lebih tepatnya, area yang sangat tua.

IDF mengatakan kepada BBC bahwa mereka hanya menargetkan lokasi militer. Namun, target itu sangat dekat dengan kuil Baalbek dan reruntuhan Romawi di Tyre, pelabuhan utama Kekaisaran Fenisia sekitar 2.500 tahun yang lalu.

Menurut legenda, Tyre adalah tempat pertama kali pigmen ungu dibuat – pewarna yang dihancurkan dari cangkang siput untuk menyulam jubah kerajaan.

Pada tanggal 23 Oktober, IDF mengeluarkan perintah evakuasi untuk lingkungan yang dekat dengan reruntuhan Romawi di kota itu, termasuk sisa-sisa pekuburan dan hipodrom.

Beberapa jam kemudian, mereka mulai menyerang target. Lebih banyak pengeboman di lokasi tersebut dilaporkan terjadi pekan lalu. Video dari serangan menunjukkan awan asap hitam besar mengepul dari area tepi laut hanya beberapa ratus meter dari reruntuhan.

Tidak ada bukti bahwa situs Romawi di Tyre dan Baalbek telah rusak akibat serangan Israel. Namun, para arkeolog Lebanon khawatir melihat seberapa dekatnya pertempuran dengan reruntuhan berusia ribuan tahun itu, yang diakui oleh UNESCO sebagai tempat yang sangat berharga bagi kemanusiaan.

“Bagi Baalbek, situasinya bahkan lebih buruk daripada Tyre karena kuil-kuil itu berada di dalam area yang menjadi sasaran dan (IDF) tidak memberikan pengecualian apa pun untuk kuil-kuil itu,” kata arkeolog lokal Joanne Farchakh Bajjaly.

Joanne menegaskan tidak ada fasilitas Hizbullah di situs Baalbek.

“Tidak seorang pun tahu apa alasan atau pesan di balik serangan itu,” ujarnya.

IDF membantah hal ini. Dalam pernyataannya, IDF mengatakan kepada BBC bahwa mereka menargetkan situs-situs militer sesuai dengan protokol yang ketat, seraya mengklaim mereka mengetahui keberadaan situs-situs sensitif dan hal ini diperhitungkan serta merupakan bagian penting dari perencanaan serangan.

“Setiap serangan yang menimbulkan risiko terhadap bangunan sensitif dipertimbangkan dengan cermat dan melalui proses persetujuan yang ketat sebagaimana diharuskan,” klaim IDF.